Friday, April 3, 2020

ANJUNGAN





PENJELASAN UMUM

Berdasarkan sejarahnya, Program Studi (sebelumnya dikenali sebagai Departemen atau Jurusan) Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara (USU) didirikan tahun 1979 oleh Rektor saat itu yakni A..P. Parlindungan bekerjasama dengan Dekan Fakultas Sastra (FS) yaitu Amin Ridwan, dan dosen senior di Monash University Australia, Margaret J. Kartomi. Kemudian setelah Prodi ini berdiri, The Ford Foundation (Amerika Serikat) memberikan bantuan dana untuk pengembangannya. Beberapa mahasiswa disekolahkan ke Amerika Serikat. The Ford Foundation mengirim beberapa konsultannya secara bergantian dan bertahap, hingga akhirnya tahun 1991 Ford Foundation tidak lagi memberikan bantuannya. 

Program Studi Etnomusikologi FIB USU yang didirikan di akhir dasawarsa 70-an,  merupakan yang pertama di Indonesia. Setelah berjalan selama enam tahun, eksistensi Program Studi Etnomusikologi disahkan secara yuridis, melalui Surat Keputusan Dirjen Dikti  Nomor 131/DIKTI/Kep/1984. Dari tahun 1979 sampai pertengahan 2014, Program Studi Etnomusikologi FIB USU adalah satu-satunya program studi  etnomusikologi di Indonesia yang operasionalnya di bawah universitas, sampai dibukanya Prodi Etnomusikologi di Universitas Mulawarman, Kutai, Kalimantan Timur. Sejak berdiri sampai saat ini Program Studi Etnomusikologi USU secara konsisten berusaha berbenah diri dalam melaksanakan fungsinya dan mewujudkan amanah melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi, dan senantiasa berusaha untuk memenuhi tuntutan dinamika perubahan di era globalisasi . 

Sampai tahun 2015 ini Program Studi Etnomusikologi USU telah menghasilkan lebih dari 500 sarjana seni, yang bekerja di bidang-bidang seni, budaya, dan sosial--seperti: guru seni di sekolah dasar dan  menengah, dosen, ahli museum,  ketentaraan, peneliti, wartawan, konsultan budaya, pebisnis seni, dan lain-lainnya--baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Sejak 2009, Program Studi Etnomusikologi FIB USU membuka Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni. Operasionalnya berada di bawah FIB USU.

VISI 

Program Studi Etnomusikologi FIB USU tahun 2025 menjadi institusi pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat yang terkemuka, bertaraf nasional dan multinasional dalam disiplin etnomusikologi yang khas berdasarkan nilai-nilai budaya etnik dan nasional Indonesia, dan berperan aktif di tengah-tengah peradaban global.

MISI

(1) Menyelenggarakan pendidikan etnomusikologi yang berkualitas dan mampu bersaing baik secara nasional maupun internasional; (2) Mengembangkan penelitian dalam bidang etnomusikologi yang mendorong kemajuan pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang berfungsi untuk kepentingan umat manusia; (3) Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat, berwawasan seni budaya untuk menyelesaikan masalah-masalah seni dan masyarakat; (4) Menjalin kerjasama dengan dunia usaha dan lembaga lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri dalam bidang seni budaya untuk mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat; (5) Membentuk lulusan yang disebut etnomusikolog, yang berwawasan dan berkompetensi etnomusikologis, berkarakter, beretika, inovatif, jujur, berjiwa kepemimpinan, dan perduli terhadap masalah-masalah budaya musik dan masyarakat.

TUJUAN

(1) Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang etnomusikologi yang berwawasan dan berkarakter, serta menjunjung tinggi nilai-nilai akademik; (2) Menghasilkan penelitian yang inovatif di bidang ilmu budaya; (3) Menghasilkan pengabdian yang bermanfaat bagi masyarakat; (4) Membangun kerja sama dengan dunia usaha dan lembaga lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri dalam bidang seni budaya untuk membangun pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat; (5) Membangun pusat layanan  informasi seni budaya bertaraf nasional; (6) Mengembangkan tata pamong program studi yang transparan, akuntabel, dan demokratis. [Visi dan misi Prodi Etnomusikologi ini disesuaikan dengan visi dan misi FIB USU dan USU].

AKREDITASI

Program Studi Etnomusikologi pada tahun 2017 memperoleh akre-ditasi A, yang berlaku hingga 2022. 

KEPENGURUSAN PERIODE 2017-2022

Ketua: Arifni Netrirosa, SST., M.A..
Sekretaris: Drs. Bebas Sembiring, M.Si.
Ketua Laboratorium: Drs. Perikuten Tarigan, M.Si.

Pegawai (Tenaga Kependidikan):
Adry Wiyanni Ridwan, S.S.
Siti Nurhawani

 VISI DAN MISI USU SERTA FUB USU                  

VISI USU

Menjadi Perguruan Tinggi yang memiliki keunggulan akademik sebagai barometer kemajuan ilmu pengetahuan yang mampu bersaing dalam tataran dunia global

MISI USU

(1) Menyelenggarakan pendidikan tinggi berbasis otonomi yang menjadi wadah bagi pengembangan karakter dan profesionalisme sumber daya manusia yang didasarkan pada pemberdayaan yang mengandung semangat demokratisasi pendidikan yang mengakui kemajemukan dengan orientasi pendidikan yang menekankan pada aspek pencarian alternatif penyelesaian masalah aktual berlandaskan kajian ilmiah, moral, dan hati nurani. (2) Menghasilkan lulusan yang menjadi pelaku perubahan sebagai kekuatan modernisasi dalam kehidupan masyarakat luas, yang memiliki kompetensi keilmuan, relevansi dan daya saing yang kuat serta berperilaku kecendekiawanan yang beretika, dan (3) Melaksanakan, mengembangkan, dan meningkatkan pendidikan, budaya penelitian dan program pengabdian masyarakat dalam rangka peningkatan mutu akademik dengan mengembangkan ilmu yang unggul, yang bermanfaat bagi perubahan kehidupan masyarakat luas yang lebih baik (sumber: Sinar, T. Silvana dkk., 2014. Rencana Jangka Panjang USU 2015--2039. Medan: Universitas Sumatera Utara Press).

VISI FIB USU

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara menjadi suatu lembaga pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang kebudayaan yang unggul dan terkemuka secara regional, nasional dan internasional dan berwawasan pada nilai-nilai budaya bangsa.

MISI FIB USU

(1) Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian dalam bidang ilmu budaya yang bermutu tinggi dan mampu bersaing baik secara regional, nasional dan internasional. (2) Mengembangkan penelitian dalam bidang ilmu budaya yang mendorong kemajuan pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang bermanfaat untuk kepentingan umat manusia. (3) Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat berperspektif budaya untuk menyelesaikan masalah-masalah kemasyarakatan. (4) Menjalin kerja sama dengan dunia usaha dan lembaga lainnya baik di dalam maupun di luar negeri dalam bidang kebudayaan untuk pengembangan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. (5) Menyiapkan lulusan yang berwawasan dan berkompetensi budaya beserta keberagamannya, berkarakter, beretika, inovatif, jujur, berjiwa kepemimpinan dan peduli terhadap masalah-masalah kemasyarakatan.
TUJUAN FIB USU

(1) Melakukan partisipasi aktif dalam pengajaran dan pengembangan ilmu kebahasaan dan kesusastraan, kesenian, kesejarahan, kepustakaan, serta informasi, dan kepariwisataan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berkarakter dalam ilmu budaya dan yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan akademik. (2) Memperluas partisipasi aktif dalam pengajaran dan pembelajaran sesuai kebutuhan nasional, dan memodernisasikan metode dan sarana pengajaran-pembelajaran. (3) Membangun suatu pusat layanan informasi dan teknologi informsi kebudayaan. (4) Memberdayakan departemen/program studi untuk mengelola satu disiplin ilmu dan antardisiplin ilmu. (5) Menciptakan tata pamong fakultas yang transparan, akuntabel, dan demokratis. (6) Menciptakan pendekatan baru yang berfokus pada pembelajaran sesuai kebutuhan. (7) Menciptakan lingkungan pengajaran dan pembelajaran yang kondusif untuk meningkatkan kreativitas sivitas akademika. (8) Menjadi perantara untuk kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, dan kebudayaan baik secara regional nasional maupun internasional. (9) Meningkatkan kemampuan pendanaan melalui usaha fakultas untuk mengembangkan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. (10) Membina kerja sama tripartit: sivitas akademika, alumni, dan pengguna jasa. 

(sumber: http://fib.usu.ac.id/content/index/4/id_cnt_visi)



Alamat Kantor:
Jalan Universitas No. 19, Kampus Universitas Sumatera Utara, Padangbulan, 

Medan, 20155.
Telefon: (061)8952947, email: mailto:mtakari@yahoo.commailto:
Situs Web ini dikerjakan secara reguler dan berkala untuk dikinikan, oleh
tim situs web Program Studi Etnomusikologi FIB USU,
yaitu: Arifni, Bebas, Prikuten, Adry, dan
Nurhawani.


LINK

TAUTAN WEB DARI BERBAGAI INSTITUSI PENDIDIKAN SENI DAN PEMERINTAHAN
 A. USU, FIB USU, MPPSN
B. BERBAGAI PRODI DI LINGKUNGAN FIB DAN USU
Program Studi Sastra Indonesia : http://sastraindonesia.usu.ac.id/
Program Studi Sastra Inggris : http://sastrainggris.usu.ac.id/
Program Studi Ilmu Sejarah : http://ilmusejarah.usu.ac.id/
Program Studi Sastra Daerah untuk Sastra Melayu : http://sastramelayu.usu.ac.id/
Program Studi Sastra Daerah untuk Sastra Batak : http://sastrabatak.usu.ac.id/       
Program Studi Etnomusikologi : http://etnomusikologi.usu.ac.id/  atau buka link ini : https://www.etnomusikologiusu.com/
Program Studi Bahasa Arab : http://sastraarab.usu.ac.id/
Program Studi Sastra Jepang : http://sastrajepang.usu.ac.id/
Program Studi Ilmu Perpustakaan : http://ilmuperpustakaan.usu.ac.id/
Program Studi Sastra China : http://sastrachina.usu.ac.id/
  Prodi Magister Linguistik
  Prodi Magister Bahasa Inggris
  Prodi Magaister Ilmu Sejarah
  Prodi Doktoral Linguistik
  Prodi Antropologi
  Prodi Psikologi
  Prodi Sosiologi
  Prodi Fisika
  Prodi Matematika
  Prodi Kimia
  Prodi Arsitektur
 
Picture
 
Picture
 
Picture
 
Picture
 
Picture
 
Picture
 
Picture
 
Picture
 
Picture
 
Picture
 
Picture
 
Picture
 
Picture
 
Picture
 
 
Universitas Negeri Medan
Universitas HKBP Nommensen
PEMERINTAH PROVINSI, KABUPATEN/KOTA
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
Pemerintah Kota Medan
Kabupaten Langkat
Kabupaten Deli Serdang
Kabupaten Serdang Bedagai
Kota Tebingtinggi
Kabupaten Asahan
Kota Tanjungbalai
kabupaten Labuhanbatu Utara
Kabupaten labuhanbatu
kabupaten Labuhanbatu Selatan
Kabupaten Padanglawas Utara
Kabupaten Padfanglawas Selatan
20. Kabupatebn Tapanuli Selatan
21. kabupaten mandailing natal
22. Kota Sibolga
23. kabupaten Tapanuli Tengah

BERITA


kecil_dikandung_ibu_besa...ung_adat_harian_analisa.pdf
Download File

   
Picture
 
Ainal Syabri adalah seorang mahasiwa aktif semester VI, Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara (USU). FOTO: EP.
Mahasiswa USU Ini Miliki Segudang Prestasi di Bidang Musik
Smart News Tapanuli-Gaya HidupMusikProfil, Sumut
Medan – Pria berbadan tinggi dan berkulit kuning langsat ini akrab dipanggil Ainal. Dia berasal dari Padang Panjang, Sumatera Barat (Sumbar). Pemilik nama lengkap Ainal Syabri adalah seorang mahasiwa aktif semester VI, Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara (USU). Kini, Ainal banyak menghabiskan waktunya di Kota Medan untuk menimba ilmu. Sisi lain kegiatannya adalah berkarya di bidang seni. Ainal memang punya talenta dalam dunia seni musik daerah Minangkabau maupun musik modern. Ia mampu menguasai sejumlah alat musik daerah, yakni Talempong, Saluang, Bansi, Rebana, dan Randai. Bahkan ia juga mampu menguasai alat musik modern, Saxophone, bermain gitar dan drum. Memiliki segudang ilmu di bidang seni, Ainal sering mengikuti berbagai event untuk mengasah kemampuannya. Berkat latihan rutin, kerja keras, usaha, dan niat, Ainal berhasil meraih segudang prestasi dari beragam kompetisi hingga tingkat internasional. Ia pernah meraih Juara 1 Lomba Musik Tradisional Solo tahun 2014. Pada 2011 dan 2014, Ainal menjadi bagian grup yang terpilih sebagai Launching Tour de Singkarak di Bali dan Jakarta. Sebelumnya pada 2010 silam, Ainal terpilih menjadi penampil istimewa kesenian tradisi Minangkabau di Thailand. Lanjut pada 2017, ia menjadi perwakilan Indonesia sebagai pelatih dan pemusik dalam ajang Indonesia, Malaysia, Thailand, Growth Triangle (IMT-GT) di Gelanggang Mahasiswa USU yang merupakan program dari Kementerian Luar Negeri Indonesia. Ainal menyadari pentingnya melestarikan budaya Minang. Ia pun terpanggil untuk berbagi ilmu seni musik daerahnya kepada teman-temannya sesama Suku Minang. Di Kota Medan, Ainal mengembangkan karya seninya. Ia menjadi pelatih sukarelawan alat musik Minang pada Lembaga Kesenian USU dan Ikatan Mahasiswa Imam Bonjol. Tujuan Ainal tergabung dalam organisasi ini untuk mengajak teman-temannya agar semakin mencintai budaya Minang, sehingga tetap terjaga keindahannya, dan tidak punah ditelan zaman. Dalam dunia seni musik modern, Ainal menjadikan itu sebagai sumber mata pencahariannya. Belakangan ini, ia sering diundang pihak gereja di sekitar Kota Medan untuk mengiringi lagu-lagu pada saat ibadah. Di sana ia sering diminta untuk bermain saxophone. Meski Ainal seorang muslim, tak lantas membuatnya lepas tangan begitu saja. Baginya, musik merupakan sarana yang dapat memersatukan orang. Nama Ainal Syabri yang sebelumnya tidak pernah terdengar di Kota Medan, secara perlahan semakin populer di masyarakat karena pencapaian prestasinya. Walau bukan asli putra daerah, bagi Ainal berkarya dapat dilakukan di mana dan kapan saja. Poin terpenting dari sebuah kesuksesan itu ketika seseorang mau berusaha, belajar, dan berdoa,” ujar Ainal. (EP)
[Haluan Riau: Kearifan Lokal Merupakan Modal Sosial dalam Konteks Memajukan Peradaban Melayu[Waspada: Wagubsu Tengku Erry Nuradi Mengingatkan tentang Kurangnya Perhatian Kita sebagai Warga Sumatera Utara kepada Para Mantan Gubsu dan Pahlawan pada Seminar Hasil Penelitian berupa Buku Para Pahlawan dari Sumut[Hallo Riau: Riau Menjadi Pusat Kebudayaan Melayu Tahun 2020[Harian Analisa: Gelar Budaya Sumatera Utara di Medan Tahun 2013[Mandailing Online: Balada Gordang Sambilan dengan Setting Cerita di Etnomusikologi FIB USU dan Mandailing{Metro Siantar: Warga Tarutung Terhibur oleh Pertunjukan Musik Gereja yang Berakar kepada Budaya-budaya Etnik Sumatera Utara[Medan Bisnis: Para Seniman Sumatera Utara akan Melakukan Pertunjukan Seni Etnik, Kontemporer, dan Modern di Taman Budaya Sumatera Utara 6 sampai 8 November 2013[Medanbagus: Para Seniman Sumatera Utara akan Melakukan Pertunjukan di Taman Budaya Sumatera Utara 6 sampai 8 November 2013[Yribun Medan: 150 Seniman Sumatera Utara akan Melakukan Pertunjukan di Taman Budaya Sumatera Utara 2013[Harian Analisa: Seminar Seni Rupa dan Seni Pertunjukan dalam Rangka Gelar Budaya Sumatera Utara di Medan Sepi Pengunjung[Asep Nata dan Karinding Towel[Festival Danau Toba 2013[Harian Analisa: Pepadi dan Fakultas Ilmu Budaya USU Menyelenggarakan Seminar dan Pertunjukan Wayang 2013[Rizaldi Provokator Musik Tradisi[Endo Suanda LPSN: Kisah Gitar Bambu di Kopi Kultur[Mauly Purba: Langkanya Pewaris Musik Tradisional[Yulianus Limbeng: Menggali Potensi Kuliner Karo[Yunaelis Blog: Yang Patut Dicontoh[Jasa Tarigan, Maestro Kulcapi Karo Menghadap Allah[Sumut Pos: Pelantikan Gatot-Erry Disertai Buku Para Gubsu: Kajian Sejarah, Sosial, dan Budaya[Antara Sumut: Seminar Buku Para Gubsu di Ruang IMT-GT Biro Rektor USU[Harian Waspada: NKRI Terancam Dimangsa Bangsa Lain[Berite Sore: Gubsu Warning NKRI Lemah Siap-siap Dimangsa Bangsa Lain[Harian Mandiri: LARM Kunjungi PBMABMI[Tolak Kenaikan Harga BBM Mahasiswa Etno dan USU Lainnya Pertujukan Seni[Mimbar Umum: Catatan Irwansyah Bedah Buku "Selendang berenda Jingga"[Sumut Pos: Berkah Seni Tradisi untuk Fadlin"[Sumut Pos: Menanti Kembali Medan Arts Festival"[Medan Satu: Malam Pesona Budaya Simalungun Meriah Dipimpin Setia Dermawan Purba"[Berita Sore: USU Bertekad Jadi Pusat Studi Seni Asia Tenggara"[Harian Medan Bisnis: Seminar Budaya di Tanjungbalai[Kompas: Penelitian Arkeologi[Medan Bisnis: Nova Ginting ke Austria Karena Bernyanyi[Kompas: Teater Garasi[Pemko Medan: Bengkel Pembuatan Alat Musik Keteng-keteng Karo sebagai Kreativitas Sivitas Akademika Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan]
Picture
 
Sumutcyber.com, Medan – Menjadi penggiat musik di jaman milenial adalah hal yang cukup sulit. Sebab, para penggiat musik dituntut untuk terbuka dengan berbagai perkembangan dan mampu bersaing. Apalagi, di tengah berbagai perkembangan yang terjadi di dunia musik baik dari segi instrument, genre dan lain nya mempertahankan eksistensi sebagai band memiliki tantangan tersendiri. Namun, band asal Medan yakni Equaliz mampu membuktikan eksistensi dengan tetap berkarya melalui musik mereka di lima tahun terakhir ini. Equaliz adalah band lokal Medan yang lahir dan terbentuk pada tanggal 1 Oktober 2014. Band bergenre british – rock yang beranggotakan 5 pria maskulin ini telah meniti karir permusikan mereka selama 5 tahun terakhir. Band Equaliz tediri dari empat orang alumni dan satu orang mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya jurusan Etnomusikologi USU. Dengan formasi Benny Tambak (Vokalis), Joseph Reno (Bassist), Salomo Sianturi (Keyboardist), Ranto Okto Samuel (Gitaris), dan Pandde Goppaz (Drummer) ini memiliki segudang prestasi. Equaliz telah aktif mengikuti berbagai event dan perlombaan, tak hanya ikut berpartisipasi namun Equaliz juga berhasil memperoleh berbagai penghargaan dari perlombaan yang mereka ikuti. Hal ini tentu membuat nama band ini semakin dikenal di dunia permusikan.Tentu bukanlah hal yang mudah dapat bertahan di dunia permusikan hingga lima tahun, banyak hal yang dilalui oleh personil dan tim dari band Equaliz. Dimana pada awalnya band ini sempat menamakan dirinya River tetapi pada awal perjalanan nya banyak hal yang terjadi, sehingga dapat membentuk Equaliz menjadi seperti sekarang ini. Dengan tetap mempertahan kan identitas bangsa yakni salah satu nya bahasa Indonesia, band Equaliz membuktikan bahwa mereka tidak bermain – main dalam berkarya di bidang musik. Mempertahan kan bahasa Indonesia dan tetap berkarya, band Equaliz telah mengantongi banyak penghargaan seperti; finalis Soundrenaline 2015 di GWK Bali, ranking 1 Samosir Band Festival 2016, ranking 1 Samosir Band Festival 2017, finalis Rockin Battle 2017 dan masih banyak lagi. “Hal yang selalu kami pertahan kan dalam setiap lagu kami ya menggunakan bahasa Indonesia, karena ya kita semua tau kan banyak band yang seperti kita ini; tapi ya banyak menggunakan bahasa – bahasa asing. Dari sinilah Equaliz kami berfikir bahwa mempertahan kan bahasa Indonesia bakalan jadi ciri khas dari band kami ini,” tutur Benny vokalis dari band Equaliz. Untuk pengalaman panggung nya band ini sudah tidak diragukan lagi, terbukti dengan turut sertanya Equaliz di banyak event musik di berbagai kota seperti menjadi guest star Happy Birthday Indonesia Festival, 2017 di Gambir Expo Kemayoran; guest star MokslFeast, 2017 di Malang; guest star 1000 Tenda, 2017 di Paropo; opening Padi Reborn, 2018 di Mojokerto, Pandaan, dan Kepanjen Jawa Timur; guest star Batak Fiesta II, 2018 di Medan; guest star Rockin Fest, 2018 di Palangkaraya, Banjarmasin dan Samarinda; guest star Super Soccer “ I Got Game “, 2018 di Jakarta dan Surabaya; guest star Super Adventure Monster Road, 2018 di Banten; guest star Super Adventure Monster Road, 2019 di Tuban Jawa Timur dan masih banyak lagi. Equaliz telah memiliki 4 single, dimana dua diantaranya berjudul Pergi – Pergi Lah Kau Pergi dan Svara Jiwa yang dlam proses pembuatan lagunya para tim dan personel Equaliz melakukan nya sendiri dan melakukan banyak pertimbangan dan perubahan hingga lagu ini dapat dinikmati para penggemarnya yang akrab di sapa teman – teman \E/. Personel Equaliz menuangkan perasaan mereka ke dalam setiap nada dan lirik dari lagu yang mereka ciptakan bersama – sama ini. Saat ini Equaliz tengah dalam proses perilisan album baru yang nantinya akan berisikan 10 lagu dengan 8 tittletrack dan 2 diantaranya merupakan single hits mereka Pergi – Pergi Lah Kau Pergi dan Svara Jiwa.Semua hal yang telah diraih oleh Equaliz lima tahun terakhir bukanlah hal yang mudah, semudah membalikkan telapak tangan, namun semuanya itu mereka lalui dengan keringat, kerja keras dan air mata sehingga dapat menjadi band kebanggaan kota Medan seperti sekarang ini. Dukungan dan doa dari keluarga juga teman – teman menjadi modal sukses dari band dengan 5 pria maskulin ini. Dan tentu nya dengan kerja sama tim dan kru yang hebat Equaliz dapat mempertahan kan eksistensi nya hingga 5 tahun ini. (Feronika Stefani)
[Kompas: Menyikapi Klaim Malaysia atas Tortor] [Ben Pasaribu Meninggal Dunia] [Konser Jazz oleh Madeline Bell dan Bonita di Auditorium USU dalam Rangka Dies Natalis Keenam Puluh USU] [Anugerah Tokoh Penggerak Seni Budaya Dunia Melayu Dunia Islam] Harian Sumut Pos Selamatkan Situs Sejarah Kesultanan Melayu Deli di Sumatera Utara Musik Dadakan oleh Ikatan Mahasiswa Etnomusikologi pada Periode Yang Ketujuh [Pemerintah Kota Medan: Multikultur Jadikan Medan lebih Kaya Dibandingkan Kota-kota Besar lainnya di Indonesia] [Mauly Purba: Hidupkan kembali atau Revitalisasi Opera Batak] [Harian Seputar indonesia: Dua Golden Tiket untuk Warga Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara] [Harian Waspada: Separuh Mahasiswa Etnomusikologi Gagal Raih Sarjana [Harian Tribun Medan: Cikal Bakal Komunitas Saksofon] [Harian Tribun Medan: Ujian Keterampilan Etnomusikologi Jadi Penentu] [Harian Tribun Medan: Etnomsuikoligi USU Sediakan 70 Kursi untuk Mahasiswa Baru] [Harian Berita Sore: Mendag, Prospek Pasar Industri Kreatif Cukup Besar] [Harian Berita Sore: Etnomusikoligi USU Bantah 50 Persen Mahasiswanya Gagal Raih Sarjana] [BBC Indonesia: Cita-cita Marsius Sitohang, Dosen Luar Biasa Etnomusikologi USU] Portal Berita Taneh Karo: Djasa Tarigan Maestro Musik Karo] [Kompas: Uraian Ucok H Silalahi tentang Mas Ismail Pesepeda Keliling Indonesia] [Suara USU: Ahmad Arif Tarigan dari Etnomusikologi USU Pemeran Terbaik Perlombaan Monodrama antar Universitas IMT-GT di Pulaupinang Malaysia [Harian Sumut Pos: Harapan Marsius Sitohang Si Raja Sulim di Hari Tuanya] Harian Berita Sore: USU Kiblat Pengkajian Seni di Asia Tenggara Tribun Medan: Ridwan, FIB USU Fakultas Terakhir Ganti Nama Unimed dan Etnomusikologi USU Konser C Man Road to Java Jazz Citra Keislaman dan Kemelayuan di Kawasan Nusantara
Picture
 
Picture
 
Refleksi Hari Kebangkitan Nasional
Budaya Berperan Penting dalam Suburkan

Empat Pilar Bangsa   Medan, (Analisa). Kebudayaan turut berperan penting dalam menyuburkan dan manancapkan empat pilar bangsa dalam kehidupan sehari-hari. Lewat budaya, nilai-nilai yang terkandung di dalam empat pilar itu dapat timbul dan tergali lebih dalam sehingga semangat persatuan dan kesatuan terus tertanamkan di dalam jiwa.
   “Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika adalah empat pilar kebangsaan yang tak boleh dilupakan. Khususnya kepada generasi muda. Kita harus mengamalkan dan melestarikan nilai yang terkandung. Lewat kebudayaan salah satunya,” ujar Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Sumatera Utara, Drs Eddy Sofyan MAP saat membuka seminar kebangsaan di Gedung TA Ridwan, Fakultas Ilmu Budaya USU, Senin (20/5).
Dijelaskan, masyarakat Sumatera Utara yang beragam namun saat ini masih kondusif dan aman menyiratkan bahwa nilai kebhinekatunggalikaan belum hilang di tengah-tengah masyarakat. Hal itu hendaknya dapat terus terjaga dengan baik.
“Kita bersyukur, Sumut selalu dianggap sebagai miniatur keragaman Indonesia. Multi etnik yang kaya akan keragaman kebudayaan daerah harus senantiasa kita gali, kita apresiasi. Dengan seminar ini, diharapkan nilai-nilai dalam empat pilar kebangsaan dalam rangka hari kebangkitan nasional dapat kita amalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya.
Tiga fase pemerintahan
   Selain Drs Eddy Sofyan MAP yang menjadi narasumber dalam seminar itu, turut juga Dra Rosmery MA, Dr Budi Agustono dan Drs M Takari MHum Phd. Dalam makalahnya, Drs M Takari MHum Phd mengungkapkan bahwa Indonesia mengalami tiga fase pemerintahan, yaitu orde lama, orde baru, dan reformasi. Dalam mengisi periode itu, aspek kebudayaan saling tumpang tindih perkembangannya.
“Namun kebudayaan nasional sudah termaktub dalam pasal 32 ayat 1 dan 2 UUD ‘45. Pasal 1 memberikan arahan bahwa negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia, dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai budayanya,” ujar Ketua Program Studi Etnomusikologi USU itu.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bawa konsep yang jelas tentang kebudayaan dan kebangsaan Indonesia telah diwacanakan beberapa dekade sebelum merdeka. 
Konsep ini harus relevan dengan dimensi terapan sosioalbudaya, agar tidak terjadi benturan antara ide dan aktivitasnya.
“Menuju masa depan di era globalisasi yang tidak menentu ini, Indonesia harus berupaya membina kebudayaannya. Kebudayaan yang memiliki identitas dan jatidiri dari nenek moyangnya, kemudian juga menerima unsur asing yang dapat memperkasakan dan mengembangkan kebudayaan nasional,” katanya. (br)
NSJF HIPNOTIS PENONTON YANG MEMBLUDAK
     Medan (Waspada), 2 Juli 2011. Jazz berskala nasional pertama kali digelar di Medan, "North Sumatra Jazz Festival (NSJF) 2011. Jumat (1/7) malam dimulai dan dibuka resmi yang mewakili Plt Gubsu didampingi Direktuer Penyelenggara NSJF Erucakra Mahameru.     Walaupun cuaca kota yang tengah berulang tahun ke 421 agak dingin, pesta musik dua malalm antara lain menampilkan bindatng jazz jempolan Sruti Respati dan teman-teman, Trio LIGRO, dan KSP band feat Idang Rasjidi, benar-benar dipadati penonton. Begitu semarak, menghibur, memukau para penikmat jazz Medan.
=========================
Utusan Malaysia, Selasa 29 Maret 2011
"Industri Kreatif Erat Persahabatan"
      Muhammad Takari (kiri), Zainal Kling dan Abu Hassan Hasbullah di majlis Forum Setiakawan Malaysia-Indonesia Siri II di Kuala Lumpur, Sabtu lalu.
      Jika membangkitkan isu hubungan Malaysia dan Indonesia, mungkin ada di antara kita berfikiran bahawa untuk apa dibicarakan sesuatu yang pada dasarnya tidak ada perbezaan. Kedua-dua negara ini masing- masing berbangsa dan berketurunan yang satu iaitu Melayu, bertutur pula dalam bahasa yang serupa sehingga berkongsi sebahagian adat dan budaya.
      Tambah menguatkan lagi integrasi ini ialah atas kepercayaan agama suci Islam di samping mengasaskan sistem pendidikan pondok sebagai salah satu bentuk penyebaran Islam. Jadi di mana timbulnya perbezaan itu? Unsur persamaan yang disebutkan tadi sepatutnya tidak menjadi satu perkara utama yang menjadi punca perbalahan.
      Sekiranya disoroti kembali sejarah pertembungan persefahaman ini dikatakan berlaku pada sekitar tahun 1980 an sehingga awal tahun 2000. Ianya berlarutan sehingga ke generasi alaf baru apabila perasaan kebenciaan itu cuba disebarkan oleh pihak yang tidakbertanggungjawab termasuk media massa.
      Pemikiran tidak sihat itu telah mencetuskan suasana getir apabila beberapa kumpulan rakyat Indonesia melancarkan serangan terhadap Malaysia seperti ”Ganyang Malaysia” termasuk bertindak membakar bendera kita.
      Namun, Malaysia tidak mudah melatah di atas perbuatan itu. Malah titik penyelesaian cuba dicari agar permasalahan hubungan antara negara berjiran ini tidak berlarutan.
      Atas kepentingan itulah Forum Setiakawan Malaysia-Indonesia anjuran Gabungan Persatuan Penulis Nasional (Gapena) dan Utusan Malaysia dianjurkan pada Sabtu lalu.
      Utusan Malaysia tampil menjadi peneraju dalam mencetuskan hubungan baik ini sehingga diakui Pensyarah Fakulti Sastera Universitas Sumatera Utara Medan, Dr. Muhammad Takari yang menjadi ahli panel forum itu.
      Menurut beliau, media massa memainkan peranan penting dalam mendukung keserumpunan Malaysia dan Indonesia, justeru akhbar Utusan Malaysia menjadi peneraju dalam mengukuhkan perhubungan itu melalui penganjuran forum tersebut bagi membincangkan persamaan antara kedua-dua negara.
      ”Media massa Indonesia agak jarang mengambil langkah sebegini malah mereka memanipulasi beberapa isu antara dua negara,” jelasnya.
      Forum yang dianjurkan kali ini ingin mencari persepakatan untuk memamajukan masa depan daripada hubungan perbezaan itu kepada persamaan pada generasi kini. Ini kerana perbalahan antara isu bahasa, budaya, adat dan tradisi itu sudah menjadi klise dalam pemikiran generasi baru.
      Dalam konteks itu, pembangunan industri seni antara kedua-dua negara boleh menjadi salah satu usaha penyatuan penting memandangkan genenarasi terkini lebih liberal serta relaktif yang berpandangan bahawa isu-isu sebelum ini adalah isu hipokrit.
      Menurut Pensyarah Kanan Jabatan Pengajian Media Universiti Malaya, Prof. Madya Dr. Abu Hassan Hasbullah, golongan muda lebih berfikiran terhadap langkah strategik bagi mengatasi permaslahan tersebut iaitu menerima budaya popular sebagai asas baru kepada hubungan kedua-dua ini.
      Ia sekali gus memberi satu suara kepada golongan muda bahawa mereka boleh bercantum dalam sebuah industri yang menyebabkan mereka akan lupa bahawa pernah wujud perbezaan di atas isu-isu itu dalam kehidupan mereka.
      ”Budaya popular akan menjadi nilai baru kepada budaya tradisi yang telah dikongsi bersama yang sekarang ini menjadi punca perpecahan.
      ”Karektor Upin dan Upin serta ikon penyanyi Siti Nurhaliza yang kini diterima di Indonesia menjadi roh dan aset baru dalam memulihkan kembali hubungan kesetiakawanan ini,” katanya yang turut menjadi ahli panel pada forum itu.
       Berikutan itu, katanya, penggabungan budaya boleh diterjemahkan melalui industri kreatif sehingga mampu menubuhkan sebuah syarikat korporat yang bekerjasama antara dua negara. Elemen wayang kulit yang dicetak di sehelai baju T sekali gus dipasarkan di negara masing-masing boleh diambil sebagai contoh.
      Elemen budaya popular ini tidak harus berkisar kepada pencetakan baju T sahaja atau pembuatan rantai kunci, reka bentuk fesyen kasut dan sebagainya, tetapi pembikinan filem juga boleh dihasilkan sekali gus diedarkan di kedua-dua negara.
      Seniman negara, Senator Tan Sri Jins Shamsudin turut melontarkan idea yang sama pada forum itu. Malah, usaha merapatkan jurang persefahaman Malaysia dan Indonesia sudah dijayakan oleh pembuat-pembuat filem melalui penubuhan Persatuan Persahabatan Malaysia-Indonesia (Permai).
      Harapan Jins hanya satu iaitu filem-filem antara negara serumpun ini diteruskan kerana ia boleh menggambarkan sebagai satu bangsa dan satu keturunan agar sejarah terdahulu tidak dilupakan.
      ”Kita perlu membuat sejarah filem berhubung Malaysia dan Indonesia supaya anak-anak muda tahu perjalanan sejarah kedua-dua negara ini yang boleh dilihat sebagai hubungan adik-beradik sekali gus menggambarkan hubungan budaya, bangsa dan bahasa.
      ”Namun, di samping pembuat filem perlu ada pengedarnya kerana filem-filem kita tidak banyak ditayangkan di negara seberang, begitu juga sebaliknya,” katanya.
       Selain pembikinan perfileman, elemen sukan juga boleh menjadi faktor penyatuan kerana adanya nilai budaya popular. Lihat sahaja peminat bekas pemain kebangsaan, Safee Sali yang kini berhijrah ke sebuah kelab di Indonesia sekali gus beban perbezaan dapat dikurangkan.
       Justeru, industri kreatif boleh memainkan peranannya apabila para intelektual mampu merangka rencana strategik bagi membolehkan pendidikan bidang indusri kreatif kedua-dua negara ini berlangsung dengan cemerlang.
      Pelajar Indonesia boleh datang ke Malaysia untuk mempelajari budaya dan atmosfera di sini yang boleh digarapkan melalui filem, begitu juga pelajar kita yang akan ke sana atas tujuan yang sama.
      Mengulas lanjut, Abu Hassan berkata, golongan baru akan terlibat secara total dan praktikal melalui penggabungan antara pelajar dan pelajar.
      ”Dalam hal ini kita boleh mengambil contoh bagaimana penulis JK Rowling dapat menyatakan seluruh dunia melalui bukunya Harry Porter, begitu juga wayang kulit di suatu ketika dahulu. Begitu juga perbalahan negara eropah sebelum tertubuhnya kuasa eropah yang akhirnya dapat bercantum melalui proses pembudayaan semula.
      Kejayaan silam itu tidak diteruskan akibat kealpaan di peringkat intelektual yang mana telah banyak membahaskan teks tetapi tidak membahaskan strategik hubungan antara kedua-dua negara secara praktikal,” katanya.
      Persoalannya di sini, bagaimana kita mahu mencari jalan terbaik untuk membina kerjasama antara kedua-dua negara ini yang boleh diambil alih peranannya oleh generasi baru kini. Ada harapan akan muncul melalui pembangunan industri kreatif itu yang boleh menyelesaikan perselisihan.
      Buat masa ini, beberapa nama boleh menjadi penggerak budaya popular itu seperti Siti Nurhaliza mampu menjadi penghubung kepada keakraban hubungan dua hala antara Malaysia dan Indonesia menerusi seni yang diperjuangkannya selama ini.

================================Sumut Pos, 2010
"Menanti Kembali Medan Arts Festival
 Posted on 09 January, 2011 by admin
     Tak dapat dipungkiri, gelaran Medan Arts Festival 2010 lalu jadi salah satu pelepas dahaga akan even kesenian di Kota Medan. Lebih besar dari itu, pelbagai agenda seni yang digelar dapat dikaitkan kepada kepedulian terhadap lingkungan, nilai-nilai etis hingga estetika beretika.
      Setidaknya hal itu diungkapkan Anita Daryatmo, Ketua Dewan Kesenian Medan (DKM) saat menutup even tersebut akhir Desember lalu.
      Menurutnya, seni adalah salah satu ungkapan ekspresi manusia dari suatu proses penciptaan didasarkan atas nilai-nilai etis dan estetis. Festival seni ini merupakan upaya peningkatan apresiasi dan pengembangan seni di kalangan generasi muda Kota Medan dengan beragam acara seni yang berlangsungkan di berbagai tempat.
Di samping Medan Arts Festival, sejumlah  even kesenian, pertunjukan, perlombaan dan workshop seni juga digelar DKM.
      Termasuk Parade Teater Tradisional yang menampilkan cerita rakyat Sumatera Utara di Gedung BM3. Parade ini menampilkan grup Teater Kencana Medan pimpinan Edwin Lubis, Teater Balerong Jaya dan Teater Komedi Jamal CS.
Pertunjukan seni teater ini berupaya menganalisis berbagai ragam tema, kecenderungan tema sosial lingkungan hidup dan lain hal. Begitu pula dalam pencapaian estetika. Teater tradisional ini mencoba keluar dari pakem tradisional dengan menawarkan bentuk seni yang inovatif.
      Kepedulian akan sejarah dan budaya masa lalu juga masih dipertahankan. Salah satunya adalah Seni Ronggeng, yang ditampilkan di TVRI Medan. Seni ronggeng sebagai salah satu bentuk kesenian tradisional Melayu nyaris punah. Dalam 20 tahun terakhir, ronggeng bahkan tak dikenal dan tak diminati oleh generasi muda.
      Dari seluruh rangkaian kegiatan pertunjukan, perlombaan dan workshop seni Medan Arts Festival ini ditutup dengan seminar dan bengkel Zapin Nusantara dengan pembicara Tuanku Lukman Sinar Basyarsah SH II, H. Jose Rizal, SH dan DR. Muhammad Takari, Drs Muhammad Fadlin, dan Mukhlis dari Universitas Islam Riau. Sedangkan pembanding disampaikan oleh Erwin Syahfrudin. Acara seminar dan Bengkel Zapin Nusantara ini diikuti oleh 150 peserta dari Medan dan 50 peserta dari Riau.
      Selain kembali menonjolkan budaya yang nyaris terlupakan, Festival Medan Art juga diharapkan menjalin keakraban dan ikatan persaudaraan dengan tujuan meningkatkan apresiasi, solidaritas dan kreativitas masyarakat khususnya seniman dalam upaya menggali potensi nilai-nilai tradisi, situs sejarah budaya berbagai etnis di Kota Medan.
Seni Budaya dalam hubungannya dengan masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Melihat kondisi zaman yang mulai terbuka sekarang ini, di masa depan karya seni hasil cipta seniman diharapkan akan lebih beragam. Indikasi dari hal itu sudah terlihat sekarang. Selain itu, pensinyaliran akan munculnya bentuk seni baru yang kontemporer tumbuh dalam keberagaman seni tradisional.
     Penciptaan dan penikmatan karya seni merupakan salah satu penopang kebudayaan yang mengandung nilai-nilai yang sangat berguna bagi kehidupan bermasyarakat. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengakrabkan kembali seni kepada masyarakat adalah dengan diadakannya berbagai even seni di Kota Medan,” terang Anita.
     Nah, akankah gelaran serupa akan kembali jadi agenda tahun ini? Kalau memang arah ke sana telah dijadwal, hendaknya hal-hal lebih baik bisa direncanakan. Termasuk menggaet lebih banyak partisipan dan upaya menyatukan para seniman di Kota Medan dan sekitarnya yang mulai mengkotak-kotakkan diri. (ful)

================================
Medan Lebih Kaya BudayaSunday, 19 December 2010     MEDAN (SINDO) – Kota Medan memiliki potensi budaya lokal yang luar biasa. Keragaman suku yang dimiliki menghasilkan budaya multikultur. Jika potensi yang khas ini dapat dieksplorasi, Kota Medan diyakini akan lebih kaya dibandingkan kota besar lainnya di Indonesia. 
     Kekayaan yang bersumber dari pluralisme kebudayaan ini menjadi inspirasi bagi Kota Medan untuk mendorong kreativitas ekonomi, baik dilihat dari sisi potensi pariwisata maupun sumber daya alam.Apalagi, Medan merupakan pintu gerbang utama dan pusat pengendalian produktivitas. ”Pertanyaannya, adakah potensi dan kreativitas itu secara sadar dijadikan isu strategis dalam menentukan dan menetapkan kebijakan pengembangan kota, terutama menyiasati tantangan kreativitas global di masa depan? 
     Jika belum, lalu kapan lagi,” kata Rizaldi, pembicara pada seminar Pelestarian Budaya Masyarakat Kota Medan Menuju Kota Metropolitan yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Pemko Medan di Hotel Grand Antares,kemarin. Rizaldi mengatakan,Medan sebagai kota tempat terselenggaranya berbagai event yang mampu menawarkan dan menyajikan pengalaman multi dimensi tampak sudah ada sejak zaman dahulu. 
      Sebagai kota,sejak dulu Medan sudah menunjukkan kekuatannya memberikan inspirasi kreatif kepada warganya.Kreativitas artistik dan ekonomi di Kota Medan juga telah bersinergi demi menciptakan keramaian kota.”Apa yang populer dengan istilah multikulturalisme sekarang sebenarnya sudah berlangsung sejak zaman kuli dahulu,” katanya. Pembicara lainnya Muhammad Takari mengungkapkan, Medan yang multikultural harus ditata dengan baik. 
      Sebab, perbedaan dengan pola manajemen yang baik secara kultural akan menyumbangkan daya lesat pertumbuhan kota Medan menuju kota metropolitan. ”Untuk menjadi metropolitan, yang perlu dicita-citakan adalah masyarakat heterogen di Medan harus tetap mempertahankan ikonnya sebagai kota sejarah, ikon Melayu,dan lainnya.Selain itu,harus disadari bahwa Medan merupakan miniatur dari Indonesia,”kata Dosen Departemen Etnomusikologi USU itu. 
     Dalam seminar yang turut menghadirkan pembicara Prof Dr Robert Sibarani MSi dan Dr Phil Ichwan Azhari itu,Kepala Disbudpar Pemko Medan Rismaria Hutabarat mengungkapkan,multikulturalisme di Kota Medan merupakan satu kekuatan dan dapat dijadikan modal utama dalam industri pariwisata di Medan.Karena itu, Disbudpar Pemko Medan akan mengemas potensi tersebut menjadi satu produk yang bernilai jual, untuk menarik para wisatawan asing yang berkunjung ke Medan. 
     Produk kesenian dari berbagai budaya yang ada di daerah ini diharapkan dapat memberikan multiplier effectkepada semua elemen. ”Untuk itu,kita akan membina sanggar-sanggar kesenian yang ada di Medan. Begitu turis asing berkunjung ke Medan,kita akan memberi suguhan kepada mereka dan menunjukkan betapa kayanya Medan yang multikultur,”jelasnya. 

     Kepala Seksi (Kasi) Pemasaran Disbudpar Pemko Medan Sonita menambahkan,seminar yang dihadiri para SKPD, tokoh adat, stakeholder pariwisata, elemen masyarakat maupun mahasiswa itu bertujuan mencari masukan dari semua kalangan. ”Masukan-masukan maupun kritikan positif akan kita jadikan bahan untuk merealisasikan program ke depan,”tegasnya. (lia anggia nasution) 
Ujian Keterampilan Membantu Nilai SNMPTN
Tribun Medan - Jumat, 3 Juni 2011 16:45 WIBShare|TRIBUN MEDAN/RADEN ARMAND

      Ujian keterampilan dapat dikatakan ujian penyokong nilai ujian tulisan pada SNMPTN. Pasalnya besaran nilai ujian keterampilan mampu membantu rendahnya nilai ujian tulisan.
     Demikian dikatakan Ketua Departemen Etno Musikologi Universitas Sumatera Utara (USU), Muhammad Takari saat ditemui Tribun Medan, Jumat (03/06/2011) di Kampus Ento Musikologi USU. Takari menyebutkan ujian tersebut bertujuan mencari bibit unggul manusia berbakat dalam bidang seni musik, seni tari, dan seni drama. "Walau hasil SNMPTN belum keluar tidak ada masalah, malah ujian ini membantu nilai SNMPTN," katanya.
     Takari meneruskan, program ini sebenarnya salah satu upaya menjaring calon mahasiswa yang mempunya kemampuan musik, seni tari dan drama. Dengan begitu Takari mengharapkan bisa memunculkan tenaga-tenaga seni profesional dan siap pakai. 
     Dalam ujian tersebut, Takari menjelaskan terdapat beberapa tahapan ujian. Penirukan ritme, melodi dan interval, Instrumen + vocal, dan wawancara mengenai wawasan dan pengalaman di dibidang seni. Hasil yang diperoleh nantinya 60 persen untuk praktek keterampilan dan 40 persen ujian tulisan di SNMPTN.
     "Lebih membantu kepada calon mahasiswa yang memilih jurusan entomusikologi USU dan Fakultas Ilmu Keolahragaan Unimed. Karena dapat dibantu oleh nilai ujian keterampilan,"sebutnya. (rdn).
Penulis : Raden Armand FirdausEditor : Adol Frian RumaijukSumber : Tribun Medan


============================

Melaka Hari Ini, Rabu 13 April 2011, halaman 4
PGN Ke-14 2011 Harumkan Nama Melaka dan PBT”
Oleh Ibrahim Idris
 AYER KEROH, 12 April 2011
      Pesta Gendang Nusantara (PGN) ke-14 2011 sempena Sambutan Ulang Tahun Ke-8 Majlis Bandaraya Melaka Bersejarah (MBMB) yang bermula semalam hingga 17 April ini telah mengharumkan nama Melaka dan Pihak Berkuasa Tempatan (PBT) tersebut.
     Komposer terkenal selaku Pengarah Muzik PGN, Pak Ngah berkata, beliau bangga adi atas kepercayaan yang diberikan, di mana pelantikannnya itu lebih-lebih lagi mengambil kira pencapaian Melaka Maju 2010, selain peranan PBT berjaya meletakkan Melaka sebagai “Bandaraya Selamat.”
     Katanya, PGN pernah mencipta sejarah dan menerima pelbagai anugerah termasuk tercatat dalam “Malaysia Book of Records” sebagai antara persembahan terbaik dan berprestij.
     “Melalui konsep PGN iaitu Serentak-Seirama-Senada-Sebudaya (4S) dengan penyertaan 750 penggendang dan penari keseluruhannya telah berazam memberikan persembahan yang lebih baik berbanding pernah dilakukan selama ini,” katanya ketika ditemui memulakan sesi latihan di Graha Makmur, di sini, malam tadi.
     Tokoh Muzik dan Budayawan, Pensyarah Departemen Etnomusikologi Universiti Sumatera Utara, Dr. Fadlin berkata, Melaka menerusi PBT telah dikenalai di seluruh Nusantara sebagai negeri yang berjaya memelihara seni budaya dari negara-negara terbabit hingga banyak di kalangan kumpulan penggendang dan tarian dapat terus menyerlah.
     Ketua Kumpulan Penggendang dari Negara India, Amar Deep Singh berkata, negaranya lebih mengenali Melaka khususnya melalui PGN dan setiap kali menjelang sambutan ulang tahun MBMB pihaknya menunggu menerima undangan dari Kerajaan Negeri Melaka dan PBT itu.

================================
Harian Sumut Pos, 9 Juni 2009
"Melihat Ujian Pertunjukan Seni Mahasiswa Etnomusikologi USU" 
Posted on 12 June, 2009 by admin Indra Juli Hutapea- Medan
    Setiap perguruan tinggi senantiasa akan mengevaluasi ilmu yang sudah dipelajari dengan melakukan ujian secara priodik. Namun, beda dengan ujian yang dilakukan kepada mahasiswa Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara (USU). Ujian praktik dilakukan dengan menggelar resital (pertunjukan). Seperti apa?
     Tak seperti biasanya, Selasa (8/6) siang, aktivitas di kampus Etnomusikologi Fakltas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU) menunjukkan peningkatan. Alun-alun yang biasanya kosong melompong diramaikan mahasiswa yang hilir mudik. Satu per satu kursi memenuhi sisi bawah alun-alun begitu juga dengan alat musik tradisional mulai memenuhi alun-alun sebelah atas. Terlihat ensamble musik Sunda ditata sedemikian di bagian tengah sementara satu set alat musik tradisional Batak Toba berjejer di bagian depan.
     Sekalipun kegiatan belum dibuka dan beberapa mahasiswa masih sibuk menata peralatan, kursi yang disediakan sudah terisi penuh. Tidak hanya mahasiswa Etnomusikologi sebagai yang punya hajatan, juga mahasiswa jurusan dan fakultas, maupun Universitas yang kebetulan lewat ikut singgah. Di antaranya juga terlihat masyarakat dan beberapa orangtua dan seniman. Kerumunan ini pun memenuhi sisi jalan di luar alun-alun memaksa kendaraan untuk pindah dan parkir di sisi kiri-kanan gedung.
      Pertanyaan ada apa gerangan segera terjawab saat suara seorang wanita terdengar dari sound system yang disiapkan. Ketua Departemen Etnomusikologi, Dra Frida Deliana Harahap MSi lantas menjelaskan bahwa kegiatan siang itu diberi nama Resital Etnomusikologi III, merupakan ujian semester bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah praktek.
     “Ini adalah ujian kemampuan bagi adik-adik mahasiswa setelah sekian lama mempelajari satu cabang seni sebagai mata kuliah. Karena itu kiranya saat ini sangat tepat untuk menunjukkan perkembangan yang diraih, keluarkan semua kemampuan sehingga layak untuk nilai yang terbaik,” ucap Dra Frida Deliana Harahap MSi sekaligus membuka kegiatan.
     Kegiatan Resital Etnomusikologi ini sendiri lanjutnya merupakan kali ketiga sejak yang pertama semester genap 2007. Di mana mahasiswa yang mengambil mata kuliah praktek menjalani ujian dengan tampil di depan publik. Selanjutnya, penampilan tersebut langsung dinilai oleh dosen yang bersangkutan. Hasil penilaian ini nantinya akan menentukan apakah si mahasiswa lulus dan berhak melanjut ke level yang lebih tinggi atau harus mengulang di semester berikutnya karena dinilai belum layak.
     “Fenomena yang ada selama ini mahasiswa cenderung tidak siap untuk tampil di depan publik padahal saat latihan di kelas, dia bisa. Jadi bisa dibilang kegiatan ini juga sekaligus menempa mental mahasiswa Etnomusikologi agar setelah tamat nantinya siap untuk tampil sebagaimana tuntutan disiplin ilmunya,” jelas Sekretaris Dra Heristina Dewi MPd, Rabu (10/6).
     Sehingga, lanjut Heristina si mahasiswa termotivasi untuk lebih giat belajar dan berlatih baik di kelas begitu juga di depan umum. Dampak lainnya juga membangkitkan motivasi bagi dosen yang bersangkutan untuk lebih mempersiapkan mahasiswanya. “Karena kalau penampilan si mahasiswa di panggung jelek berarti dosennya juga kan yang malu. Jadi keduanya saling termotivasi dan ini yang terlihat sejak kegiatan ini diterapkan,”
     Adapun Resital Etnomusikologi III ini mengangkat materi musik modern dan musik tradisional Level I dan III. Diawali oleh penampilan praktek Musik Karo dengan dosen penilai Joe Anto SSn. Jaya, Elieser, Adi, Atman Jeremia, Beri Pana Sitepu, dan Jacob membawakan tiga repertoar; Gendang Kabang Kiung, Peselukan, dan Trio Kulcapi.
     Penampilan kedua adalah Gamelan Degung Sunda dengan dosen penilai Hade Herdian SSn. Praktek ini diikuti oleh Kiki, Dussel, Surya, Nehemia, dan Ara dengan membawakan dua repertoar; Carakan 1 dan Gending Bubuka. Tampil dengan bersemangat, Efendy, Brian, Daniel, Zai, Augusman, dan Mahyar dari mata kuliah praktek Tari Nias di penampilan ketiga. Tari Perang Faluaya dan Tari Maena ditampilkan untuk dinilai oleh Barry Gulo SSn. Tari Melayu dengan dosen penilai Iwan SSn menjadi materi ke empat dengan menampilkan Evi, Chrismes, dan Ara.

     Dengan bimbingan seniman tradisional yang terkenal Marsius Sitohang, Tumpal, Pardon, Yudhistira, Marini, Sudarsono, Rudi, Hans, dan Bonggut membawakan repertoar Uning-uningan dan Gondang Sabangunan dari mata kuliah praktek Batak Toba. Musik Melayu pun menutup penampilan dari katagori tradisional ini. Diikuti Eva, Tani Darmi, dan Kiki.
     Di katagori modern sendiri diawali oleh mata kuliah praktek vokal dengan dosen penguji Sapna Sitopu SSn. Mata kuliah ini diikuti oleh Ara dan Sherida. Selain vokal, katagori modern ini juga menggelar mata kuliah biola, gitar klasik, dan klarinet. Untuk mata kuliah piano ujian tetap dilakukan di ruangan karena peralatan yang tidak memungkinkan untuk diturunkan ke alun-alun. (*)
================================Harian Sumut Pos, 20 Maret 2011
"Pentas Kreativitas Mahasiswa Sastra USU"     Langit mendung yang meneteskan gerimis tak menghalangi orang untuk singgah untuk menyaksikan kreativitas mahasiswa Departemen Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang digelar, Kamis (17/3).
     Sebuah panggung sederhana berlatarkan kain hitam menjadi pemandangan yang unik Kamis sore itu. Audiens yang datang dari berbagai kalangan turut meramaikan dalam beberapa kelompok. Di barisan depan panitia menyiapkan kursi untuk beberapa dosen yang berbaur akrab bersama mahasiswa. Masih ada lagi beberapa audiens yang berkumpul dalam beberapa kelompok menyebar di halaman kampus biru tersebut.
     Tabuhan Gordang Sambilan, alat musik tradisional dari Tapanuli Selatan menghentak menandakan acara yang menjadi agenda tahunan Departemen Etnomusikologi USU ini sudah dimulai. Dalam irama konstan kesembilan gordang yang ditabuh terdengar seperti sambutan meriah akan kegiatan. Sebahagian besar audiens bahkan turut menggoyangkan kepalanya menikmati tabuhan gordang yang berakhir dengan aplaus dari penonton.
      Panitia yang merupakan mahasiswa Etnomusikologi stambuk 2010 tampil ke pentas sebagai pembuka kegiatan. Sebagian panitia yang mengenakan kaos hitam berkumpul di atas panggung dan empat orang lainnya sebagai penari mengenakan ulos dan membawa kipas berbaris di lapangan. Ya, pada kesempatan itu panitia memperlihatkan kreativitas mereka yang mengkolaborasikan beberapa tarian daerah dengan modern dance. Sebagai latar panitia yang dipentas membawakan lagu ekspresi yang dipopulerkan oleh Titi DJ. Penampilan tadi pun mendapat aplaus yang tak kalah meriah dari sebelumnya. Pasalnya, sebagai mahasiswa angkatan baru sudah memperlihatkan keberanian dalam proses kreatifitas.
     “Kita dari Departemen Etnomusikologi sangat berterimakasih kepada panitia atas terselenggaranya kegiatan ini. Kiranya kegiatan ini berkelanjutan demi kelestarian budaya tradisional dan perkembangan kreatifitas berkesenian di Sumut,” ucap Ketua Departemen Etnomusikologi, Muhammad Takari dalam kata sambutannya.
     Seperti yang disampaikan M Takari, Etnomusikologi sebagai institusi pendidikan seni dan kebudayaan memiliki tanggungjawab dalam usaha pelestarian kebudayaan tradisional yang ada di Sumatera Utara dengan menempa sarjana-sarjana seni. Kaum intelektual yang tidak hanya bisa beraksi di atas pentas juga dalam penelitian di lapangan.
Kegiatan pun dilanjutkan dengan penampilan Brian mahasiswa angkatan 2008 dengan Saxophone solo. Lagu ‘Januari’ dari Glen Fredly pun dibawakan dengan manis, terlebih dalam cuaca sore yang mendung tadi. Mahasiswa angkatan 2008 dan 2007 tampil di sesi berikutnya. Kali ini mereka membawakan lagu tradisional Batak yang digarap dengan konsep Jazz.
     Dilanjutkan dengan tarian tradisional Melayu, Serampang Duabelas yang mengundang keramaian dari audiens melihat para penari terlihat manis dengan balutan kostum berwarna kuning cerah. Penampilan Junaidi Cs pun menghadirkan suasana kocak, layaknya menyaksikan grup lawak srimulat.
      Acara sempat terhenti dikarenakan arus listrik yang tidak stabil. Setelah melakukan beberapa perbaikan, acara dilanjutkan kembali dengan penampilan kreatifitas yang tidak kalah seru. Bahkan audiens seolah enggan beranjak meskipun titik-titik air mulai membasahi Kota Medan.
     Ketua Ikatan Alumni Etnomusikologi, Hubari Gulo turut memberikan apresiasi atas kegiatan. “Terus lah berkreatifitas demi kelestarian kebudayaan tradisional tidak hanya di Sumut juga di dunia internasional,” himbau Hubari.
     Musik dadakan sendiri lanjutnya merupakan kegiatan yang lahir dari inisiatif mahasiswa untuk menyalurkan aspirasinya dalam bentuk kreatifitas. Seiring perjalanan waktu kegiatan itu tidak lagi milik mahasiswa sahaja tapi melibatkan masyarakat luas. Bahkan beberapa musisi nasional pernah meramaikan seperti Pass Band, Morbid, dan lain sebagainya. (*)
================================
Fakultas Ilmu Budaya Menggantikan Nama Fakultas Sastra
Written by Webmaster   Monday, 11 April 2011 11:32
     Terhitung mulai tanggal 5 April 2011 Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara telah berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Hal ini ditegaskan oleh Rektor USU Prof. Syahril Pasaribu dalam Surat Keputusannya  No. 981/H5.1.R?SK/PRS/2011 Tentang Perubahan Nama Fakultas Sastra Menjadi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
     Menurut Dr. Syahron Lubis yang juga sebagai Dekan Fakultas Sastra, keputusan ini merupakan tindak lanjut dari surat yang diajukan oleh mantan Dekan Fakultas Sastra periode 2005-2010 yang lalu yaitu Prof. Wan Saifuddin. Surat permintaan perubahan nama tersebut sudah diajukan sekitar dua tahun yang lalu dan baru sekarang terealisasi. Menurut Syahron Lubis penggantian ini mengikuti acuan dari Dikti. Sebelum USU, beberapa Perguruan Tinggi lain sudah mengubah Fakultas Sastra menjadi Fakultas Imu Budaya antara lain adalah Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, dan Universitas Riau.
     Ditambahkan bahwa dasar pemikiran perubahan ini adalah karena melihat selama ini Fakultas Sastra sudah mempunyai beberapa Jurusan yang tidak bersinergi  dengan ilmu sastra seperti Jurusan Sejarah, Etnomusikologi, Pariwasata dan Perpustakaan. Dengan diubahnya Fakultas Sastra menjadi Fakultas Ilmu Budaya diharapkan Jurusan -jurusan ini tetap dapat menjadi bagian dari Fakultas sebelumnya dan tidak beralih ke Fakultas yang bersinergi dengannya. "Kita juga mempunyai  rencana ke depan untuk membuka jurusan baru yang bersinergi dengan ilmu budaya", tambahnya".
     Dengan diubahnya nama Fakultas Sastra menjadi Fakultas Ilmu Budaya maka otomtis akan terjadi perubahan administrasi besar-besaran di Fakultas Sastra serta perubahan sedikit terhadap visi dan misi pada fakultas serta kurikulum yang relevan terhadap fakultas tersebut. (vie)

--------------------------------------------------------------
Cikal Bakal Komunitas Saxophone
Tribun Medan - Rabu, 6 April 2011 22:53 WIBShare|Tribun Medan/Danang SetiajiSaxophone - Seorang peserta unjuk kebolehan memainkan Saxophone saat acara Mini Konser Saxophone di alun-alun etnomusikologi, Selasa (5/4).TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Fakultas sastra jurusan etnomusikologi USU kembali mengadakan kegiatan yang kali ini bertajuk Mini Konser Saxophone di alun-alun etnomusikologi, Selasa (6/4). Melalui kegiatan ini, jurusan etnomusikologi ingin memperkenalkan saxophone lebih luas kepada khalayak ramai, dan bercita-cita membentuk komunitas saxophone.
     Markus, Ketua Panitia pada acara ini, mengatakan acara musik khusus Saxophone belum pernah diadakan oleh jurusan etnomusikoogi dan baru kali ini ditampilkan. Tujuan diadakannya acara ini sebagai ajang kreativitas, selain sebagai variasi acara musik yang ditampilkan oleh jurusan etnomusikologi. " Tujuan utama diadakannya acara ini sebenarnya agar terbentuk komunitas saxophone. Komunitas seperti ini kan jarang sekali, karena itu melalui kegiatan ini semoga dapat terbentuk komunitas saxophone," ujar Markus. Markus menjelaskan setiap peserta yang tampil pada acara ini membawakan tiga lagu. Para peserta yang tampil pada acara ini pun belajar secara otodidak cara memainkan saxophone. Dikatakannya, di etnomusikologi baru kali ini diberikan materi mengenai saxophone, sebelumnya materi yang diberikan adalah clarinet. Markus menjelaskan bahwa clarinet dan saxophone adalah satu keluarga wood wind instrumen, namun di Indonesia penggemar saxophone lebih banyak dibanding clarinet. Sementara diluar negeri, pamor clarinet dan saxophone sudah hampir sama.
     Kalau jenis saxophone itu sendiri ada 14, namun yang umum dimainkan ada enam, seperti sopranino, soprano, alto, tenor, bariton, dan baby saxophone," katanya. Bila mendengar saxophono, telinga pendengar akan langsung mengingat Kenny G. Ya, Kenny G memang dikenal sebagai pemain saxophone kelas wahid di dunia. Lagu-lagu ciptaannya membuat banyak orang jatuh hati dan tertarik untuk mempelajari alat musik tiup ini. Demikian juga dengan Markus. Ia mengaku awalnya suka mendengarkan lagu-lagu Kenny G, mencoba memainkan saxophone, sampai benar-benar jatuh hati pada alat musik tiup ini. Markus pun tak menampik jika nada-nada yang dihasilkan saxophone terdengar lebih romantis, terlebih jika memainkan lagu klasik. Pada acara ini, beberapa lagu yang dibawakan seperti lagu berjudul careless whisper, I swear, spain, pelangi, ataupun kaulah segalanya.
Penulis : Danang SetiajiEditor : Danang SetiajiSumber : Tribun Medan

ANJUNGAN

PENJELASAN UMUM Berdasarkan sejarahnya, Program Studi (sebelumnya dikenali sebagai Departemen atau Jurusan) Etnomusi...